Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Jubah Nabi Muhammad SAW, HIngga Kini Masih Ada. Berikut ini Adalah Ulasannya

Kisah Jubah Nabi Muhammad SAW, HIngga Kini Masih Ada. Berikut ini Adalah Ulasannya

HALOPOP9 - disesion kali ini saya ingin berbagi dengan teman teman semuanya, tentang kisah peningalana Nabi Muhammad SAW, kisah unik sepeningalan Nabi Muhammad SAW tertulisa dalam kisah dibawah ini.

kisah ini perlu di abadikan dalam sebuah catatan penting, dan kisah ini semoga menjadi sebuah ilmu dan pengalaman baru bagi kita semuanya, karena betapa penting nya sebuah peninggalan kisah itu.

berikut ini adalah kisah unik penginggalan nabi Besar muhammad SAW, yang tertuang ulasan di bawah ini, semoga dengan ulasan ini kita bisa mengetahui akan sejarah yang indah dari baginda besar muhammad SAW. dan berikut ini adalah ulsananya ;

Sebuah antrean panjang menggular di depan Masjid Hirka-i-Serif yang masuk area Istana Topkapi, Istanbul, Turki pada Jumat, 2 Juni 2017. Barisan laki-laki dan perempuan dipisah. Sesuai nama masjid yang berarti “Jubah Suci”, para pengunjung terlihat tak sabar untuk melihat dengan mata kepala sendiri: jubah peninggalan Nabi Muhammad SAW.

Ritual ini juga jadi bagian dalam perjalanan spiritual mereka dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan. Masjid Hirka-i-Serif selalu ramai terutama tiap bulan suci, jumlah pengunjungnya ditaksir mencapai ratusan ribu.

Para pengunjung datang dari seluruh penjuru dunia. Hindustan Times melaporkan, rata-rata pengunjung mengaku ingin lebih dekat dengan Rasul terakhir Allah. Ada sejumlah versi tentang perjalanan jubah Nabi Muhammad SAW, dari yang berpindah tangan ke sejumlah pihak, hingga kini tersimpan rapi di Istana Topkapi. Versi pertama, sebagaimana disampaikan oleh mufti Istanmbul Kamil Yilmaz pada AFP, berawal dari seorang sosok bernama Uwais al-Qarni dari Yaman yang pada abad ke-7 pergi ke Madinah untuk menemui Nabi Muhammad SAW Pertemuan itu gagal sebab ibunya jatuh sakit sehingga Uwais harus kembali ke kampungnya. Kemudian Nabi Muhammad SAW tertarik dengan perjuangan Uwais. Saat kembali dari Madinah, Muhammad menyampaikan kepada para sahabatnya agar jubahnya akan diwariskan kepada Uwais usai dirinya meninggal.

Beberapa saat setelah Nabi Muhammad SAW meninggal pada tanggal 8 Juni 632, jubah tersebut dikirimkan oleh dua orang sahabat nabi langsung ke rumah Uwais di Yaman. Dalam Perang Siffin yang terjadi di Suriah pada tahun 657, Uwais turut mengangkat senjata untuk membela Kekalifahan Ali bin Abi Thalib melawan Muawiyah ibnu Abu Sufyan. Sebagaimana dilaporkan Ibnu Batuta, Uwais tewas dalam pertempuran tersebut. Ia tak punya anak, sehingga jubah warisan Nabi Muhammad SAW dijaga oleh anggota keluarganya yang lain secara turun-temurun.

Pada tahun 1611 penguasa Kesultanan Utsmaniyyah Sultan Ahmed I membawa jubah tersebut ke Istanbul dari Kuasadasi, sebuah wilayah di bagian barat Turki di mana keturunan Uwais al-Qarni menjaganya dengan baik. Pada 1851 Sultan Abdul Majid membangun Masjid Hirka-i-Serif di distrik Fatih agar jubah berharga tersebut bisa tersimpan dalam kondisi yang lebih baik dan aman. Menurut Kamil Yilmaz, ada dua kunci menuju ruangan penyimpanan jubah. Satu dipegang oleh pendiri masjid alias yayasan pengurus situs tersebut sementara yang satu dipegang oleh keluarga keturunan Uwais. Kepala penjaga jubah Nabi Muhammad SAW kini ada di tangah Basir Samir, keturunan Uwais ke-59. Kisah perjalanan jubah Nabi Muhammad SAW versi kedua dicatat oleh Norman Mosley Panzer dalam bukunya yang berjudul panjang, The Harem: an Account of the Institution as It Existed in the Palace of the Turkish Sultans, With a History of the Grand Seraglio From Its Foundation to the Present Time.

Di bab ke-11 disebutkan bahwa jubah tersebut, usai sang Nabi Muhammad SAW meninggal, diberikan kepada seorang sahabat bernama Ka'ab ibu Zuhair. Ka'ab ibu Zuhair dikenal reputasinya sebagai penyair Arab. Ia menulis kasidah berisi pujian pada sang nabi bertajuk Banat Su'ad dan tercatat sebagai puisi pujaan kepada Rasullluah yang pertama. Ia membacakannya di depan Nabi Muhammad SAW usai masuk Islam. Dikisahkan Nabi Muhammad SAW amat tersentuh dengan karya dan pujian Ka'ab, sehingga ia menghadiahkan jubahnya kepada Ka'ab. Anak Ka'ab, yang diwarisi jubah tersebut, menjualnya pada Muawiyah pertama, sang pendiri Dinasti Umayyah. Jubah berpindah tangan tiap pergantian dinasti.

Usai Umayyah runtuh, jubah pindah ke Baghdad, Irak, diamankan oleh kekuasaan Dinasti Abbasiah. Kemudian jubah berganti kepemilikan ke Dinasti Mamluk di Kairo, Mesir. Perjalanan terakhir jubah diinisiasi oleh Sultan Selim I, penguasa Dinasti Utsmaniyah, yang pada 1595 memindahkannya ke Istana Topkapi. Sebuah puisi berjudul “Qasida al-Burda” atau Puisi Jubah” pernah dikomposisikan Imam al-Busiri, penyair yang selama hidupnya tinggal di Mesir pada periode 1211-1294. Jean-Baptiste Tavernier, pedagang permata dan penjelajah asal Perancis yang hidup di abad ke-17, membahas kembali puisi al-Busiri dalam bukunya, sekaligus memberi sedikit deskripsi jubah Nabi Muhammad SAW yang disebutnya berwarna putih krim dengan garis wol hitam. Isi puisi al-Busiri adalah narasi tentang betapa agungnya jubah Nabi Muhammad SAW.

Post a Comment for "Kisah Jubah Nabi Muhammad SAW, HIngga Kini Masih Ada. Berikut ini Adalah Ulasannya"